SD MBS bekerja sama dengan paguyuban wali murid kelas 5 dan 6 menggelar kegiatan pengajian pada Sabtu, 11 Oktober 2025. Kegiatan yang rutin diadakan setiap dua bulan sekali ini dilaksanakan secara bergantian dengan kelas lainnya, sebagai sarana mempererat silaturahmi sekaligus meneguhkan tradisi tholabul ilmi.
Acara dibuka dengan penuh semangat oleh Bunda Ananda Zaky selaku MC, kemudian dilanjutkan dengan murojaah yang dipimpin oleh Bunda Ananda Pulung. Ustazah Rizana, Kepala SD MBS Prambanan, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada paguyuban wali murid kelas 5 dan 6 atas terselenggaranya kegiatan ini dengan baik. “Semoga kegiatan ini menjadi wadah untuk menambah ilmu sekaligus mempererat kedekatan emosional antara sekolah dan orang tua,” ungkap beliau.
Kegiatan kali ini menghadirkan narasumber istimewa, Ustazah Dita Amalia, dengan tema “Menjadi Orang Tua Bahagia dalam Islam”. Suasana hangat dan penuh perhatian tampak dari para wali murid yang antusias menyimak setiap pemaparan beliau. Ustazah Dita menjelaskan, kebahagiaan orang tua sejatinya dapat tumbuh ketika mampu melihat hal-hal positif dalam setiap peran dan aktivitas yang dijalani. Untuk mewujudkannya, beliau membagikan dua rumus istimewa:
- Didiklah anak sesuai fitrahnya agar tidak menjadi musuh bagi orang tua.
- Tanamkan mindset bahwa anak adalah amanah dan titipan dari Allah. Maka, ketika Allah memberi titipan terbaik, sudah seharusnya kita mengembalikannya dalam keadaan terbaik pula.
Beliau juga menekankan tiga pilar utama dalam penerapan rumus tersebut, yakni:
- Menjadi teladan yang menyejukkan hati. Anak adalah cerminan diri; mereka tidak hanya mendengar, tetapi juga meniru apa yang dilakukan orang tua.
- Kekuatan doa. Doa adalah senjata utama orang beriman. Lantunkan doa Nabi Ibrahim sebagaimana dalam QS. Ash-Shaffat ayat 100.
- Membangun pendidikan yang penuh keberkahan. Bentuklah karakter anak dengan meneladani pola didik Rasulullah SAW.
Sebagai penutup, Ustazah Dita menyampaikan pesan menyentuh tentang makna kebahagiaan sejati. “Orang tua yang bahagia bukan hanya yang memikirkan saat ia meninggalkan anaknya, tetapi juga saat anaknya yang lebih dahulu berpulang. Karena kita tak pernah tahu siapa yang akan pergi terlebih dahulu. Sudahkah kita memberi bekal yang cukup untuk mereka? Sebab puncak kebahagiaan hakiki adalah ketika kita dapat bertemu kembali di jannah Allah bersama anak-anak kita,” ujar beliau.